KBMTV.ID | Skor Nilai rata-rata Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) pada pengumuman Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) 2024 siswa Kurikulum Merdeka lebih tinggi dibanding siswa dengan kurikkulum lain.
Ketua Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2024 Prof Ganefri merinci rerata skor UTBK 2024 siswa SMA kurikulum Merdeka lebih tinggi dibanding dengan kurikulum lain.
Demikian juga siswa SMK kurikulum Merdeka mendapat rata-rata skor UTBK lebih tinggi dibanding siswa SMK kurikulum lain dalam pegumuman SNBT 2024.
Sementara untuk pendaftar dari SMA dengan kurikulum Merdeka memiliki rata-rata skor UTBK sebesar 557,3 dibanding skor UTBK siswa SMA kurikulum 2013 sebesar 548,98.
Sedangkan skor UTBK dari SMK dengan kurikukum Merdeka 522,21 dibanding skor lulusan SMK dengan kurikulum 2013 sebesar 509.97.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Penddikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Anindito Aditomo, menilai data hasil UTBK di atas menunjukkan sinkronisasi kebijakan kurikulum baru dengan seleksi masuk PTN secara nasional melalui SNBT.
“Ini indikasi bahwa kebijakan kita sudah mulai nyambung. Ketika seseorang dapat pembelajaran yang orientiasinya ke daya nalar, literasi dan numerasi lebih tinggi nilainya di UTBK ketika seleksi masuk PTN,” katanya pada konferensi pers pengumuman SNBT 2024 di Gedung D Kemendikbudristek, Jakarta, Kamis (13/6/2024).
Anindito, mengatakan, kurikulum Merdeka menekankan siswa belajar dan guru mengajar dengan mementingkan daya nalar, kecakapan penting untuk belajar sepanjang hayat, literasi numerasi dan membaca, serta berlogika.
Aspek-aspek tersebut kini yang diukur dalam seleksi nasional masuk PTN melalui SNBT.
“Kalau tesnya masih mengukur keluasan pengetahuan, banyaknya info yang bisa dihafalkan, maka respons pembelajaran tingkat SMA dan SMK akan berbeda, ini bukan hal yang kita inginkan,” ucapnya.
SNBT
Upaya perubahan kurikulum menjadi kurikulum Merdeka serta perubahan komponen seleksi masuk PTN melalui SNBT, menurut Nino memungkinkan siswa tidak dilihat dari kualitas sekolah dan kemampuan membayar biaya bimbingan belajar (bimbel).
“Dan nggak tergantung kemampuan membayar bimbel, kita ingin juga kurangi bias ekonominya,” sambung Nino.
Adanya jalur tes nasional di seleksi masuk perguruan tinggi negeri pada Pengumuman SNBT, jalur terbesar masuk sekolah negeri berdasarkan zonasi, Nino mengatakan kebijakan ini merujuk pada sifat pendidikan dasar dan menengah yang bersifat universal.
“Pendidikan dasar itu universal ya, jadi semua orang harus mendapat kesempatan, dan masuk juga ke pendidikan menengah, karena pendidikan dasar itu mau kita perluas. Konsep zonasi itu, dan afirmasi, memastikan tersedia kursi yang cukup bagi yang calon siswa yang tinggal di sekitar sekolah dan kurang mampu. Jadi masalah prioritisasi saja,” ucapnya.
Nino menguraikan, dengan menengok keterbatasan kursi di PTN via jalur SNBT, jalur tes nasional masuk PTN ini memungkinkan siswa dengan potensi memanfaatkan kesempatan belajar terbaik untuk dapat bermanfaat secara individu maupun kolektif.
“Melihat aspek keadilan, kita ingin betul murid yang diterima PTN itu yang paling punya potensi memanfaatkan kesempatan belajar dengan baik. Jadi manfaatnya nggak hanya untuk diri sendiri, tapi juga masyarakat,” tuturnya.
“Jadi, tesnya nggak tergantung pada di mana seseorang bersekolah, termasuk di sekolah yang mungkin di jalur sebelumnya akan lebih sulit diterima kalau nggak lewat tes,” katanya.
Sehingga, pihaknya berharap bisa menemukan mutiara terpendam yang memiliki potensi untuk berhasil di perguruan tinggi mana pun.[]