Washingoton, KBMTV – Pembicaraan dalam beberapa bulan terakhir antara Iran dan kekuatan Barat di Wina, tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir sejauh ini belum mencapai terobosan baru.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa China mungkin akan mencoba membuat kesepakatan dengan Taliban. Setelah kelompok ini mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus lalu dan bersiap membentuk pemerintahan baru.
Meski yakin ada kesepakatan China-Taliban, saat ditanya apakah khawatir jika Beijing mendanai kelompok itu, yang berdasarkan undang-undang AS merupakan pelanggaran. Biden menyebut bahwa ada sejumlah masalah nyata antara kedua pihak.
“China memiliki masalah nyata dengan Taliban, jadi mereka akan mencoba membuat beberapa pengaturan dengan Taliban, saya yakin seperti halnya Pakistan, Rusia, dan Iran,” ujar Biden dalam sebuah pernyataan yang melansir dari India Today, Rabu (8/9).
Pembicaraan dalam beberapa bulan terakhir antara Iran dan kekuatan Barat di Wina tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir sejauh ini belum mencapai terobosan baru.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa China mungkin akan mencoba membuat kesepakatan dengan Taliban, setelah kelompok ini mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus lalu dan bersiap membentuk pemerintahan baru.
Meski yakin ada kesepakatan China-Taliban, Biden menyebut bahwa ada sejumlah masalah nyata antara kedua pihak.
AS dan negara yang tergabung dalam Group of Seven Allies (Sekutu Kelompok Tujuh) telah sepakat untuk mengkoordinasikan tanggapan terhadap Taliban.
Pengaruh AS
Washington juga memblokir akses ke cadangan dana Afghanistan, yang sebagian besar otoritasnya adalah Federal Reserve New York. Langkah tersebut sebagai upaya tekanan agar Taliban terlebih dahulu memastikan untuk memenuhi janji kelompok tersebut. Di antaranya adalah menghormati hak-hak perempuan di negara itu dan hukum internasional.
Meski demikian, banyak ahli mengatakan pengaruh ekonomi AS dapat menghilang. Jika negara lain seperti China dan Rusia bersedia memberikan dana untuk Afghanistan.
Sejauh ini, kelompok ekonomi utama dunia dari 20 negara (G20), termasuk China dan Rusia sedang mencoba mengadakan pertemuan virtual yang membahas tentang Afghanistan. Namun, belum ada tanggal pasti kapan tanggal pertemuannya hingga saat ini.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan kepada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam panggilan telepon pada 29 Agustus lalu, bahwa masyarakat internasional harus terlibat dengan Taliban. Ia juga meminta agar kelompok itu dibimbing secara positif.
China belum secara resmi mengakui Taliban sebagai penguasa baru Afghanistan. Meski demikian, pada Juli, Wang menerima kunjungan dari salah satu anggota kelompok, Mullah Baradar. Sejak itu Mulah Baradar ditunjuk sebagai wakil perdana menteri Afghanistas. Mulah mengatakan dunia harus membimbing dan mendukung negara itu saat transisi ke pemerintahan baru, alih-alih memberikan lebih banyak tekanan padanya.