Jakarta, KBMTV.ID – Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, menyatakan, tidak semua kasus COVID-19 RI akan di-tes whole genome sequence (WGS) guna mengetahui terinfeksi Varian Omicron atau tidak.
“Dari sisi surveillance (pengawasan), ditekankan karena kasusnya semakin banyak, WGS akan lebih kita arahkan untuk menganalisa pola penyebaran kasus Omicron,” kata Menkes Budi.
Menkes Budi menyatakan saat membuka Webminar Peran & Strategi OP dalam Antisipasi Penularan Virus Omicron dan Vaksinasi Booster pada Masyarakat pada Senin pagi, 24 Januari 2022.
Budi menjelaskan, Indonesia akan menggunakan swab test PCR dengan SGTF (S-gene Target Failure). Sebuah teknologi RNS untuk melakukan pemeriksaan probable (kemungkinan) COVID-19 Omicron.
“Kita akan menggunakan PCR SGTF yang jauh lebih cepat. Nah, PCR yang bisa mendeteksi Omicron sudah kita distribusikan dan akan segera kita tambah untuk didistribusikan ke daerah-daerah,” kata Budi.
“Kami arahkan disiplin untuk melakukan testing 1 per 1.000 penduduk per minggu tetap dijalankan,” katanya.
Budi: Omicron Mengganas, Tidak Usah Panik
Sebelumnya, Budi menyinggung perihal kasus Omicron RI yang jumlahnya sudah mencapai 1.626 jiwa per hari ini, Senin, 24 Januari 2022.
“Jadi yang bisa dirawat di Rumah Sakit untuk sebanyak 779, saat ini yang masih dirawat 188, tanpa gejala 452 orang, gejala ringan 592 orang,” jelas Budi.
Menurut Budi, hal yang perlu dilakukan saat ini adalah tidak perlu panik tapi harus tetap waspada dan hati-hati karena memang penularannya lagi tinggi.
Alasan lain tidak perlu panik, kata Budi, karena hospitalisasi (dirawat) dan kematian akibat COVID-19 Omicron terbilang rendah.
“Dari 1.600 orang, yang dirawat dan butuh oksigen hanya sekitar 20 dan wafat dua. Ini masih jauh lebih rendah dibanding Delta,” ujarnya.
Kegiatan webminar diselenggaran oleh Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia, lebih dari seribu peserta dan 30 Organisasi Profesi Tenaga Kesehatan mengikuti kegiatan ini.
Peduli Lindungi
Oleh sebab itu, Menkes mengimbau seluruh masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan mengurangi kerumunan.
“Tadi juga sudah diizinkan Bapak Wakil presiden, data Peduli Lindungi yang akan mengukur kedisiplinan prokes mulai dibuka ke publik,” katanya.
“Sehingga kita bisa melihat lokasi-lokasi mana yang disiplin sampai ke level titik lokasinya, kantornya, tokonya. Sehingga masyarakat bisa bantu mengontrol penggunaan Peduli Lindungi,” pungkasnya.[]