KBMTV.ID – Obat antidotum untuk mengobati pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal asal dari Singapura menunjukkan efek yang positif.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan dalam acara daring yang tayang melalui YouTube FMB9ID_IKP, Jumat (21/10).
Menurutnya, pihaknya tengah menguji coba untuk pasien anak yang menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN), Dr Cipto Mangunkusumo atau RSCM Jakarta.
“Obat-obatan tersebut juga sudah melalui uji sampel tertentu dan relatif aman,” jelas Budi.
Ia melanjutkan, Antidotum tersebut memiliki zat atau senyawa yang bisa mengikat racun dalam tubuh seseorang.
Obat antidotum untuk mengobati pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal yang berasal dari Singapura menunjukkan efek yang positif.
“Kita datangkan obatnya dari Singapura, sudah tiba dan kita coba. Dari enam pasien, empat positif responsif. Jadi obat ini begitu kita lihat responsnya positif,” kata Budi
Obat tersebut telah datang ke Indonesia dalam jumlah 10 vial pada Selasa (18/10). RSCM telah menghabiskan dua vial setiap hari untuk 10 pasien yang sedang rawat. Dengan demikian, stok obat tersebut sudah menipis.
“Kita akan segera datangkan dalam jumlah cukup banyak agar bisa tersebar ke seluruh rumah sakit, karena ini kejadiannya sudah teridentifikasi di 20 provinsi di seluruh Indonesia, dengan total lebih dari 200 kasus,” ujarnya.
Dengan demikian, Kemenkes berencana mendatangkan obat tersebut dalam jumlah yang banyak.
Obat Dari Singapura
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bakal mendatangkan obat antidotum dengan merek fomepizole dari Singapura sebanyak 200 vial untuk mengobati pasien gagal ginjal akut.
“Harga satu vial berkisar Rp16 juta,” katanya kepada awak media dalam konferensi pers di Gedung Adhyatma Kemenkes, Jakarta Selatan, Jumat (21/10).
“Saya sudah kontak teman saya Menteri Kesehatan Singapura dan Australia. Kita mau bawa 200 dulu, karena satu vial bisa buat satu orang. Ada beberapa kali injeksi tapi bisa cukup satu vial,” kata Budi dalam
Sejauh ini sudah ada 241 pasien gagal ginjal akut. Dari jumlah tersebut, 133 di antaranya meninggal dunia.
Budi mengatakan gagal ginjal akut diduga disebabkan oleh obat sirop yang mengandung polietelin glikol. Kandungan itu bisa menimbulkan senyawa berbahaya seperti etilen glikol (EG) dan Dietlien Glikol (DEG) jika dikonsumsi.
Sebenarnya, Polietelin glikol berguna sebagai pelarut tambahan. Obat sirop boleh mengandung polietelin glikol asalkan dalam kadar yang sedikit.
“Jadi obat-obat sirop ini supaya melarutnya bagus dia kasih pelarut tambahan polietelin glikol. Enggak beracun, tapi kalau membuatnya tidak baik ini jadi cemaran nah cemaran ini yang mengandung senyawa berbahaya seperti EG dan DEG,” kata Budi.[]