KBMTV ID

Krisis Inggris, Picu Warganya Mengkonsumsi Makanan Hewan

demo
Warga Inggris berdemo akibat krisis yang melanda Inggris | Vuk Valcic / Alamy Stock Photo

KBMTV.ID – Krisis biaya hidup tinggi di Inggris memicu warganya mengkonsumsi makanan hewan, bahkan memanaskan makanan dengan lilin karena mahalnya biaya energi.

“Saya masih kaget dengan fakta bahwa ada orang yang makan makanan hewan, orang yang mencoba memanaskan makanan mereka dengan lilin atau radiator,” kata Mark Steed, yang mengelola pantry di area Stowbridge Cardiff kepada BBC akhir pekan kemarin, melansir dari Independent, Rabu (7/12/2022).

“Ini adalah jenis cerita yang mengejutkan dan adalah benar-benar terjadi, kami tahu dari orang-orang terpercaya yang akhirnya berbagi cerita ini kepada kami sambil menangis. Itu seharusnya tidak terjadi,” jelasnya.

“Cardiff adalah kota yang berkembang, namun ada kantong-kantong kekurangan makanan. Apa yang mereka katakan kepada kami adalah bahwa mereka bekerja setiap jam yang mereka bisa,” ujar salah satu pekerja komunitas di wilayah Cardiff, Mr Seed.

Krisis biaya hidup di Inggris telah mendorong warga di negara itu untuk bertindak di luar kebiasaan.

Inflasi Inggris telah mencapai level tertinggi dalam 41 tahun, dengan biaya makanan dan minuman non-alkohol melonjak sebesar 16,4% pada tahun ini hingga Oktober. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak 1977.

Akibat melonjaknya biaya kebutuhan energi, kebutuhan biaya rumah tangga memaksa warga untuk memilih antara memenuhi biaya pemanas udara atau makanan.

Selain itu warga yang memiliki pekerjaan sektor publik terpaksa bergantung pada layanan makanan umum /bank makanan (food bank), karena krisis biaya hidup.

Aki Mogok Massal

Sementara itu banyak terjadi aksi pemogokan massal oleh  pekerja bidang pendidikan, kesehatan, dan industri kereta api yang mendesak kenaikan upah.

Puluhan ribu guru di Inggris dan Wales juga akan memberikan suara untuk pertama kalinya dalam satu dekade untuk memilih aksi melakukan pemogokan. Staf universitas juga berencana mengadakan pemogokan terbesar bulan ini.

“Inggris berada dalam stagflasi – dengan inflasi yang meroket, pertumbuhan negatif, penurunan produktivitas, dan investasi bisnis. Perusahaan melihat peluang pertumbuhan potensial tetapi kurangnya ‘alasan untuk percaya’ dalam menghadapi tantangan menyebabkan mereka berhenti berinvestasi pada 2023,” kata direktur jenderal CBI Tony Danker dalam sebuah pernyataan yang mengutip dari CNN International.

CBI memperkirakan ekonomi Inggris akan menyusut sebesar 0,4% pada tahun 2023, penurunan yang signifikan dari pertumbuhan 1% yang diprediksi pada Juni. Perekonomian diperkirakan akan pulih ke ukuran sebelum Covid hanya pada kuartal kedua (Q2) tahun 2024.

Inggris Raya adalah satu-satunya negara ekonomi G7 yang masih belum pulih sepenuhnya dari pandemi Covid-19. Prospek ekonomi Inggris tahun depan adalah salah satu yang terlemah dari negara-negara maju menurut perkiraan CBI.[]