KBMTV.ID | Bagi guru menjadi penggerak dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, maka sekolah wajib mengadakan In-House Traingin (IHT).
Pengawas Pembina Kepala Cabang Daerah (KCD) 2 Provinsi Jawa Barat Dyah Rosmaita, mengatakan tujuannya agar sekolah memiliki guru yang berkualitas lebih baik dan profesional.
“Pelatihan semacam ini juga bertujuan untuk investasi internal jangka panjang, baik untuk masa depan sekolah itu sendiri,” ungkap Dyah.
Dyah Rosmaita mengungkapkan hal tersebut saat pembukaan kegiatan IHT kepada para guru-guru SMK Tunas Multi Raya Depok, Jumat (21/7/2023).
“Kegiataan in house training adalah merupakan sebagai bentuk kepedulian sekolah pada guru guru yang berhak untuk mendapatkan pemberdayaan dan pelatihan yang layak dan relevan,” kata Dyah.
Lebih lanjut Dyah mengatakan sasaran dari pelatihan ini adalah mempersiapkan guru secara cepat dan akurat. Sehingga mereka dapat mengerjakan seluruh tugas baru yang diberikan dan atau beradaptasi dengan perubahan kebijakan sekolah dengan baik.
Peran Guru
Pada kesempatan yang sama, Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tunas Multi Raya Depok, Jawa Barat, Siti Kamijah mengatakan peran guru dalam Kurikulum Merdeka merupakan proses perubahan dari mandiri belajar menjadi belajar.
“Dalam hal ini peran guru sangat penting dalam memberikan pembelajaran yang menyenangkan. Jangan sampai guru menjadi momok yang menakutkan bagi para siswa, namun guru harus menjadi sahabat dan tempat berbagi kisah oleh siswa,” ungkap Siti Kamijah.
SMK Tunas Multi Raya (TMR) Depok menyelenggarakan In-House Training (IHT), sebagai wujud kesiapan pelaksanaan implementasi Kurikulum Merdeka.
Sementara itu, Ketua Yayasan SMK TMR Depok Nestri PujiRahayu megatakan dalam sambutannya, implementasi Kurikulum Merdeka para guru harus bisa melakukan pemetaan.
“Identifikasi agar mudah melihat kemampuan siswa, admnistrasi harus sukses dan berhasil dalam menyampaikan materi, siswa bisa apa dan lain sebagainya,” paparnya.
Menurut Nestri, ada tiga tahap yang patut dilakukan oleh seorang guru dalam mendidik, pertama adalah emosional (senang dengan gurunya). Kedua adalah memberikan identitifikasi diri supaya siswa menarik untuk terus belajar.
“Ketiga adalah berikan pemahaman kepada siswa supaya tahu manfaatnya dan ada hubungan dengan kehidupan kelak (visi dan misi belajar),” ungkapnya.
Lebih lanjut Nestri mengatakan, guru harus pandai pandai membuat strategi mengajar agar lebih menarik dan tidak membosankan.
“Mereka perlu didampingi dan diarahkan ketika belajar, sehingga memiliki kebermanfaatan, maka dari itu lakukan kolaborasi project dengan mapel lainnya yang akan dikoordinir oleh seorang penaggungjawab,” lanjutnya.
“Koloborasi project ini supaya bisa bergotong royong, dengan harapan guru melaksanakan kurikulum merdeka ‘semerdeka-merdekanya’. Oreintasi bukan nilai, namun kemampuan anak sesuai dengan yang kita harapkan.
“Perbanyak diskusi dan kerjasama antar lini, jadilah guru yang menyenangkan,” tutup Netri mengakhiri sambutannya.[] Anto Rusdi