KBMTV ID

Netanyahu Meradang, AS Akan Jatuhkan Sanksi Kepada IDF

Benyamin Netanyahu melakukan pertemuan dengan staf militernya di War Room | Foto: Iiss.org

KBMTV | Amerika Serikat (AS) telah menuduh pasukan zionis melakukan pelanggaran hak azasi manusia terdahap warga Palestina, membuat Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu meradang.

Pasalnya tuduhan itu akan membuat bersiap menjatuhkan sanksi terhadap batalion Netzah Yehuda Israel, salah satu unit di bawah Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

Melansir The Guardian pada Senin (22/4/2024) Benyamin akan melawan dengan seluruh kekuatannya.

“Jika ada yang berpikir mereka dapat menjatuhkan sanksi pada unit Pasukan Pertahanan Israel (IDF) – saya akan melawannya dengan seluruh kekuatan saya,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

“Saya telah berupaya dalam beberapa minggu terakhir untuk menentang sanksi terhadap warga Israel, termasuk dalam percakapan saya dengan pemerintah Amerika,” tulis Netanyahu di media sosial X.

“Pada saat tentara kita sedang memerangi monster teroris, niat untuk menjatuhkan sanksi terhadap unit di IDF adalah hal yang sangat absurd dan rendahnya moral,” tambahnya.

Outlet AS Axios melaporkan pada Sabtu (19/4/2024) bahwa pejabat Departemen Luar Negeri AS telah mengkonfirmasi pihaknya sedang bersiap untuk menjatuhkan sanksi terhadap batalion Netzah Yehuda dari IDF.

Surat kabar Israel Haaretz melaporkan pada Minggu bahwa AS juga mempertimbangkan tindakan serupa terhadap unit polisi dan militer lainnya.

Langkah ini merupakan pertama kalinya pemerintah AS menargetkan unit IDF, ketika Kongres AS menyetujui bantuan darurat baru sebesar US$26 miliar kepada Israel.

Sementara itu IDF mengatakan mereka tidak mengetahui adanya sanksi yang berlaku terhadap unit mana pun.

“Jika keputusan dibuat mengenai masalah ini, maka keputusan tersebut akan ditinjau,” katanya.

Undang-Undang Leahy

Sanksi tersebut mendasarkan undang-undang Leahy tahun 1997, akan melarang transfer bantuan militer AS ke unit tersebut dan mencegah tentara dan perwira berpartisipasi dalam pelatihan baik dengan militer AS atau dalam program yang menerima dana AS.

Menurut pejabat kesehatan di Gaza, serangan Israel di kota Rafah di Gaza selatan pada Sabtu malam (21/4/2024)  menewaskan 22 orang, termasuk 18 anak-anak.

Sebagian besar menjadi korban dalam serangan udara kedua dari dua serangan udara, yang menewaskan 17 anak-anak dan dua wanita dari keluarga besar yang sama, menurut catatan rumah sakit.[]