KBMTV.ID | Kecurangan menggunakan Teknologi kecerdasan buatan (AI/Artificial Intelligence) membuka peluang bagi siswa untuk berbuat curang saat mengerjakan tugas.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud, Anindito Aditomo mengatakan perlu metode baru untuk mengadopsi teknologi AI dalam proses pendidikan.
“AI akan ada di sini dan kita tidak bisa menghindarinya. Yang harus berubah adalah kita. Justru dosen perlu dan guru perlu mengintegrasikan (AI), mulai dari proses pembelajarannya, tugas, dan assesment,” jelas Anindito.
Anindito Aditomo mengatakan dalam agenda FMB9 yang dilakukan secara daring dengan tema Literasi Digital Hadapi Artificial Intelligence (AI), Senin (6/5/2024).
Menurutnya, AI boleh saja dijadikan alat dalam membuat tugas, tetapi tidak boleh menggantikan peran siswa dalam mengerjakan tugas.
Untuk itu, ia mengatakan para siswa harus dipandu dalam menggunakan AI saat mengerjakan tugas.
Pengajar harus memberikan contoh bagaimana menggunakan AI saat mengerjakan tugas. Misalnya membuat perintah pada mesin AI.
“Contoh membuat essay atau tulisan. Kita justru meminta mahasiswa atau murid ‘oke kamu pakai AI untuk brainstorming struktur tulisan, untuk riset, atau mungkin boleh juga sampai buat draft awal’. Tapi murid harus mengakui hasil tugasnya merupakan produk AI,” terangnya.
“Dosen dan guru memandu caranya, membuat pertanyaan yang bagus untuk AI,” kata dia.
Tugas kepada murid juga tidak berhenti setelah menggunakan produk dari AI, setelah selesai murid harus mengembangkan atau megolahnya sendiri.
“Hasil draft yang produk dari AI jadi bahan input dari proses selanjutnya,” ujarnya.
Ia mencontohkan ketika mahasiswa atau murid memerintahkan draft awal dengan membuat dari AI. Hasilnya pasti mengandung infromasi yang kurang pas.
“Dari draft awal diolah lagi, kamu edit lagi, sehingga mencerminkan gaya tulisan kamu sendiri,” kata Anindito.
Anindito menjelaskan penggunaan teknologi untuk membantu pekerjaan sebenarnya sudah dilakukan sebelum kehadiran AI.
Misalnya ketika manusia mulai mengenal kalkulator, Google, dan Wikipedia beberapa tahun lalu.
“Semua orang harusnya belajar dari pengalaman tersebut,” ujarnya.[]