KBMTV ID

BNPT Melatih Guru Jadi Agen Perdamaian

Sri Pujo pada Pelatihan Guru Dalam Rangka Menumbuhkan Ketahanan Satuan Pendidikan Dalam Menolak Paham Intoleransi, Kekerasan, dan Bullying” di SMAN 3 Semarang. (20/5/2024) | Foto: Istimewa

KBMTV.ID | Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melatih guru menjadi agen perdamaian dalam lanjutan program Sekolah Damai di SMA 3 Semarang, Jawa Tengah, pada Senin (20/5/2024).

Dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (21/05/2024), pelaksanaan program ini kolaborasi antara BNPT dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Duta Damai Dunia Maya Provinsi Jawa Tengah, dan SMA 3 Semarang.

Deputi 1  Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Roedy Widodo mengatakan, program ini merupakan upaya untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman.

“Program Sekolah Damai ini adalah bagian dari upaya kita bersama untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, damai, dan penuh dengan nilai-nilai toleransi,” kata Roedy Widodo.

Baca Juga : BNPT: Gen-Z Lebih Tinggi Potensi Tepapar Radikalisme

“Itu penting dalam rangka untuk melawan intoleransi yang bisa mengarah ke radikalisme dan terorisme, kekerasan, serta bullying, ” tambah Mayjen Roedy.

Mayjen Roedy menjelaskan, pendidik mempunyai tugas besar dalam menyelamatkan generasi bangsa. Ia juga menekankan bahwa pendidikan adalah panggung utama membentuk karakter generasi penerus bangsa.

Proakif

Program Sekolah Damai yang diisi dengan pelatihan, diskusi, dan kegiatan lain, satuan pendidikan mendapatkan pengetahuan untuk mengenali tanda-tanda intoleransi, kekerasan, dan perundungan serta bagaimana individu bisa bertindak secara proaktif agar bisa mencegahnya.

Ia juga menjelaskan, Sekolah Damai merupakan salah satu bagian dari tujuh program prioritas yang dicanangkan oleh Kepala BNPT Komjen Pol. Mohammad Rycko Amelza Dahniel.

Menurutnya, dengan menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan mendukung, hal itu tidak hanya memberikan tempat bagi siswa untuk berprestasi secara akademik, tetapi juga jadi tempat pertumbuhan holistik bagi setiap individu.

Program tersebut diharapkan dapat menciptakan public resilience (ketahanan masyarakat) dan public awareness (kepedulian masyarakat) untuk menumbuhkembangkan ketahanan di satuan pendidikan dan lingkungan masyarakat.

“Harapannya, masyarakat dan para siswa memiliki daya tangkal, daya cegah, dan deteksi dalam melawan potensi intoleransi yang mengarah ke radikalisme dan tindak pidana terorisme,” kata dia.[]

 

Berita Terkait