BAB 4
Wabah Virus
Kamaludin tentu saja heran sekaligus penasaran dengan kemampuan Kangdu Kun berhasil menyembuhkan pasien yang dia kirim ke RSUP Tamba ini.
Kamaludin dengan rasa penasaran pun langsung bertanya kepada Kangdu Kun, “Apakah anda menghilangkan gejalanya saja atau sudah menyembuhkannya total?”
“Tentu saja sampai sembuh total, pasien anak itu sekarang sudah tidak ada masalah lagi. Keluarganya pun sudah sangat puas atas pelayanan kami tim dokter,” jawab Kangdu Kun.
“Luar biasa anda dokter Kangdu Kun, aku tidak menyangka dengan keahlian medis yang begitu bagus,” kata Kamaludin takjub.
Tentu saja Kamaludin tidak tahu keadaan yang sebenarnya, ia pun memuji keahlian Kangdu Kun di depan Yahya Jatmiko.
“Yahya, ternyata di rumah sakitmu ada dokter hebat,” puji Kamaludin kepada Yahya Jatmiko sebagai Direktur RSUP Tamba.
Namun tanpa malu-malu Kangdu Kun menyela Yahya Jatmiko saat ingin bicara.
“Bapak Kepala Dinas Kamaludin terlalu memuji, ini sudah menjadi tugas kami selaku tim dokter rumah sakit,” ucap Kangdu Kun senyum yang ingin menunjukkan kerendahan hati.
Mendengar pujian langsung dari Kepala Dinas Kesehatan, ini akan menjadi catatan prestasi Kangdu Kun untuk mendapat promosi sebagai Wakil Direktur RSUP Tamba.
Tak lama setelah itu, Kamaludin segera mengeluarkan ponselnya untuk menelpon seseorang.
“Pak Hendri, ada kabar baik, dokter Kangdu Kun dari RSUP Tamba sudah berhasil menyembuhkan penyakit pasien, segera bawa anak anda segera ke sini,” ujar Kamaludin bicara di telepon.
Kemudian dia segera menelpon lagi.
“Pak Bambang, segera beritahu rumah sakit yang lain untuk memindahkan anak-anak yang mengalami sedang dalam kondisi darurat ke RSUP Tamba. Dokter Kangdu Kun sudah menemukan metode pengobatan untuk mengatasi penyakit anak-anak itu,” kata Kamaludin.
Melihat percakapan di telpon itu, Kangdu Kun tercengang mendengarnya. Ia tidak mengira ada banyak kasus pasien yang begitu banyak harus ditangani. Dia tidak mengira setelah mengaku telah menyembuhkan bocah sebelumnya, ternyata bukan promosi jabatannya yang didapat.
Yahya Jatmiko pun tidak mengerti ada begitu banyak kasus dengan gejala penyakit yang sama.
Kamaludin pun segera menjelaskan persoalan yang sedang terjadi.
“Sore ini ada banyak anak-anak di SD Negeri 1 Kota Tamba yang mengalami gejala penyakit aneh, ketika mereka akan dijemput sepulang sekolah banyak yang sudah tidak sadarkan diri,” kata Kamaludin.
Kamaludin pun meneceritakan, awalnya kami mengidentifikasi mereka terkena jenis virus baru, setelah satu anak besentuhan dengan kalelawar dan 12 anak lainnya juga ternyata terpapar. Ternyata virus ini belum tercatat dalam database virus nasional dan tentu saja belum ada obat yang efektif untuk megatasinya.
Untuk itulah kami mengirim anak-anak yang mengalami gejala aneh ini ke beberapa rumah sakit di Kota Tamba, berharap ada diantara rumah sakit yang mampu menyembuhkannya.
“Ternyata di luar dugaan, RSUP Tamba dapat menemukan dan menyembuhkannya, sedang rumah sakit lain belum ada yang berhasil,” ucap Kamaludin.
Dengan wajah penuh harapan, Kamaludin pun menatap Kangdu Kun.
“Dokter, selama kamu mampu menyembuhkan semua anak-anak ini, aku telah memberi kontribusi yang besar dan penghargaan yang tinggi untukmu,” kata Kamaludin.
“Siap Pak,”
Namun keringat dingin membasahi sekujur punggung Kangdu Kun, ia sama sekali tidak mengetahui bagaimana cara menyembuhkan penyakit anak-anak itu. Hanya Yuda Tan yang mengetahui cara pengobatannya, sementara dia hanya meng-klaim dirinya sendiri atas kemampuan Yuda Tan.
Yahya Jatmiko pun merasa ada sesuatu yang janggal dengan ekspresi Kangdu Kun yang terlihat tiba-tiba tegang.
“Ada apa dokter? Apakah ada masalah?” tanya Yahya.
“Tidak…tidak…tidak masalah.”
Kangdu Kun tentu saja tidak mau menarik kembali pengakuan jasa medisnya, ia tidak akan mau mengaku bahwa Yuda Tan lah yag mengetahui teknik penyembuhannya.
Kangdu Kun hanya bisa memaksakan diriya mencari cara agar mampu menyembuhkan penyakit yang baru pertama kali ini dihadapi oleh dunia medis.
Yahya pun kemudian memperhatikan seorang pemuda dan wanita paruh baya Yuda Tan dan Sulastri.
“Adapa apa dengan kedua orang ini?”
Kangdu Kun langsung menjawab pertanyaan Yahya.
“Mereka adalah pasien yang baru saja sembuh, mereka menunggu untuk membicarakan tentang biaya pengobatannya denganku.”
“Jika masih ada sesuatu yang ingin dibicarakan, mohon tidak di ruang UGD dan segera keluar dari ruangan ini,” ucap Kangdu Kun.
“O iya, mengengai biaya tagihan rumah sakit, nanti kita bisa bahas kembali setelah aku selesai mengurus di sini,” lanjut Kangdu Kun sambil mempersilahkan mereka keluar dari ruang UGD.
Bagi Kandu Kun sekarang, selama Yuda tidak membuka rahasianya soal pengobatan pasien anak yang sudah sembuh, masalah biaya bisa dia negosiasikan.
Diam-diam Yuda menyunggingkan cibiran di sudut bibirnya, ia masih akan menunggu waktu untuk membuka kedok jahat Kangdu Kun dalam malpraktik pengobatannya.
Yuda Tan lalu mengajak ibunya keluar dari ruang UGD dan segera mencari bangku untuk mereka duduk.
Sulastri bicara pelan kepada Yuda.
“Nak, kita sekrang sudah punya uang banyak untuk membayar biaya pengobatan rumah sakit, nanti kita negosiasikan kepada dokter Kangdu Kun untuk melunasi tagihan,” Kata Sulastri.
“Jangan,” ujar Yuda kepada ibunya, Sulastri.
“Orang itu menagih biaya sesuka hatinya, jangan biarkan orang seperti itu menipu. Kita tidak akan membayar seperser pun,” jawab Yuda tegas.
Saat mereka berdua sedang berbincang, tiba-tiba suara keramaian datang menuju ke arah ruang UGD.
Seorang pria paruh baya datang dengan empat orang pengawal yang mengikutinya dari belakang membawa seorang anak yang terbaring tak sadarkan diri di atas tempat tidur rumah sakit.
“Pak Hendri, anda sudah datang,” sambut Kamaludin hangat.
Meski Kamaludin seorang pejabat yang tinggi di kota Tamba, tetapi ia bersikap sopan ketika berhadapan dengan Hendri.
Sosok Hendri Silau bukan kaleng-kaleng, dialah seorang taipan yang menguasai bisnis kuliner di kota Tamba.
Bisnis kuliner Hendri Silau menggurita di kota Tamba, hampir setengah jaringan bisnis kuliner di kota itu pemiliknya adalah keluarga Silau. Kontribusi keluarga itu sangat nyata dalam memberikan donasi untuk pelayanan kesehatan di kota Tamba, menghadapi keluarga sultan ini tentu saja sikap Kamaludin harus sopan.
Namun, saat ini, Hendri Silau sedang dalam keadaan tidak berminat untuk beramah-tamah kepada Kamaludin.
“Pak Kamaludin, tolong bawa anak saya ke dokter yang bisa menyembuhkannya. Demamnya sangat tinggi sekali, saya khawatir akan berefek buruk bagi kecerdasan anak saya nanti jika terlalu lama mengalami demam,” kata Hendri dengan cemas.
“Jangan khawatir, pak Hendri, semuanya akan terkendali,” jawab Kamaludin menenangkan Hendri.
Kamaludin pun segera meminta perawat untuk membawa masuk ke dalam ruang UGD agar langsung mendapatkan tindakan medis.
“Dokter Kangdu Kun, tolong segara obati anak pak Hendri,” perintah Kamaludin.
“Siap, pak.”
“Dokter, selama Anda dapat menyembuhkan anak saya, Grup Silau akan sangat berterima kasih!” kata Hendri kepada Kangdu Kun.
“Sudah menjadi tugas saya untuk mengobati penyakit dan menyelamatkan orang. Jangan khawatir,” jawab Kangdu Kun percaya diri.
Dalam hati, Kangdu Kun berteriak gembira, akhirnya keberutungannya telah datang. Selama ia bisa menyembuhkan putra Hendri, bukan hanya penghargaan prestasinya, tetapi ia akan mendapat ketenaran dan kakayaan.
Kangdu Kun pun dengan penuh semangat menyiapkan peralatannya. Ia berencana akan mempraktikkan apa yang sebelumnya telah dia contek dari teknik pengobatan Yuda Tan.
Saat Yuda Tan mengobati pasien anak sebelumnya, Kangdu Kun sudah memperhatikan dengan seksama. Menurutnya, itu hal mudah untuk dipraktikkan, karena dia pernah belajar sedikit tentang pengobatan tradisional jarum akupuntur.
Hendri Silau heran melihat tindakan yang akan dilakukan Kangdu Kun, “Dokter, apa yang akan Anda lakukan?”
“Saat ini pengobatan barat tidak bisa mengatasi jenis virus yang baru ini, kami hanya bisa mengobatinya dengan teknik pengobatan tradisional,” jawab Kangdu Kun.
“Apakah Anda mahir mempraktikkan pengobatan tradisional?” tanya Hendri penasaran.
“Belum bisa dikatakan mahir, tetapi saya mempelajarinya dari buku kedokteran kuno yang bisa menyembuhkan virus semacam ini,” jawab Kangdu Kun percaya diri.
Kamaludin pun kagum dengan pengetahuan Kangdu Kun yang memiliki wawasan teknik pengobatan tradisional kuno.
“Luar biasa dokter Kangdu Kun, dia pun mampu mempraktekkan pengobatan tradisional dan juga pengobatan barat. Tolong segera obati dok, karena anak-anak yang lain akan segera datang ke sini,” ujar Kamaludin.
Kangdu Kun mengingat-ingat kembali cara Yuda Tan ketika memasukkan jarum akupuntur saat mengobati. Ia segera mengeluarkan jarum perak dan menusukkannya ke titik aliran ginjal anak tersebut.
Sesaat kemudian, tubuh anak itu gemetar ketika salah satu jarum mengenai aliran syarafnya. Anak itu meringis kesakitan merasakan sesuatu.
“Dokter apakah metode ini akan berhasil?” tanya Hendri cemas.
Kangdu Kun pun mengertakkan gigirnya sambil berkata singkat, “ini pasti berhasil, pasien barusan sembuh dengan metode ini.”
Kangdu Kun lalu menusukkan jarum pereak ketiga ke titik lainnya.