BAB 7
Pacar Pura-pura
Yuda terkejut ketika melihat gadis itu, ternyata orang yang barusan bertabrakan dengan dirinya adalah Kiki, ia pun tak bisa menahan tawa begitu melihatnya.
“Apa kamu belum puas menabrakkan mobilmu kepadaku? Apa kamu masih penasaran ingin menabrak aku lagi,” kata Yuda degan lucu.
Yuda dalam hatinya berujar, “Ternyata ditabrak oleh orangnya secara langsung lebih nyaman, rasanya lembut dan empuk daripada ditabrak dengan dengan mobilnya.”
Mata Yuda tak berkedip memandang Kiki, lalu mengamati fitur wajah gadis yang seksi, tubuhnya ramping tanpa lemak dan proporsional, terlihat pas dengan busana kerja yang ia kenakan.
Apalagi saat melihat belahan dadanya yang ukurannya sangat menggiurkan, telihat kancingnya terlepas dan terbuka membuat bagian itu seperti memberontak ingin keluar. Yuda tidak bisa memperkirakan apakah rasa kenyal yang ia dapatkan saat bertabrakan berasal dari benda itu.
Sementara dari sisi Kiki, ia tidak menyangka akan bertemu Yuda di tempat ini.
“Nggak usah banyak omong, aku ada urusan mendesak, kamu harus bantu aku,” ujar Kiki sedikit gusar.
“Membatumu urusan apa? Apa kamu mau meminjam uang?” Yuda balik bertanya.
“Bukan minjam uang, tapi kamu pura-pura menjadi pacarku sebentar,” jawab Kiki.
“Pura-pura jadi pacarmu? Apa orang itu sedang mengejarmu?” tanya Yuda penasaran.
Kiki pun menganggukkan kepalanya.
“Namanya Tong Gos, dia sudah lama mengejar aku, sangat capek meladeninya,” balas Kiki.
Yuda tersenyum melihat raut wajah Kiki.
“Kenapa nggak kamu terima saja cintanya. Memang aku ini lebih tampan daripada dia, tapi untuk dirimu, masih layak lah dia untuk kamu,” ledek Yuda.
Kiki tentu saja langsung melotot ke Yuda.
“Aku sangat serius, mau bantu aku atau tidak,” tanya Kiki kesal.
“Nggak bisa, aku sudah punya pacar,” jawab Yuda singkat.
“kamu…” Kiki makin gusar mendengar penolakan Yuda.
Kiki benar-benar kesal sampai dadanya turun-naik. Banyak pria yang ingin menjadi pacarnya, bahkan walau hanya sekedar berdekatan saja. Tapi sikap Yuda ini sudah kelewatan, seolah merasa dirinya rugi walau hanya berpura-pura sebagai pacar.
Tidak kehilangan akal, Kiki teringat dengan sesuatu.
“Jadi gak mau bantu? Baiklah kalau begitu, kemarin aku sudah memeriksa rekaman kamera CCTV, ternyata bukan aku yang menabrakmu, tapi kamu yang memang sengaja merekayasa kecelakaan itu,” kata Kiki.
Mendengar itu, Yuda tiba-tiba kaget ternyata Kiki diam-diam memeriksa kamera pemantau CCTV di lokasi kejadian. Ini membuatnya segera melunakka sikapnya.
“Baiklah…. baiklah… aku nggak mau membantu orang lain, tapi aku dengan senang hati membantumu. Hanya berpura-pura untuk menjadi pacarmu, nggak ada masalah bagiku,” ucap Yuda yang dengan tiba-tiba saja merubah sikapnya.
Yuda sekarang merasa kasihan dengan gadis ini, karenanya ia pun menyetujui permintaan gadis menawan itu.
Yuda memang merasa bersalah atas kejadian kemarin, apalagi mobil itu mengalami kerusakan parah. Dalam hati Yuda sangat menyesal karena berakibat pada kerugian orang lain.
Ekspresi puas menghiasi senyum Kiki.
“Deal, setelah kamu membantuku untuk mengurus lelaki itu, aku tidak akan mempermasalahkan rekayasa kecelakaan yang telah kamu buat kemarin,”
“Lelaki itu masalah sepele, serahin saja padaku,” kata Yuda.
Sementara di sudut lain, Tong Gos terus memperhatikan mereka berdua sedang berbicara berdua.
Tidak mau membuang kesempatan, Tong Gos langsung menghampiri Kiki sambil menenteng seikat bunga mawar biru.
Orang-orang yang sedang menonton pun tahu diri, segera membuka jalan agar Tong Gos menemui Kiki.
“Hai Kiki,” sapa Tong Gos ramah ingin menyenangkan pujaan hatinya.
“Terimalah bunga ini dariku, semoga kamu berbahagia hari ini,” kata Tong Gos sambil menjulurkan bunga kepada Kiki.
“Sayang sekali… Tadinya aku bahagia, tapi setelah melihatmu, aku jadi bad mood,” balas Kiki acuh.
Bahkan Kiki sama sekali tidak melirik setangkai bunga mawar itu.
“Tong, sudah berapa kali aku bilang, kita nggak ada kecocokan dan nggak ada rasa, lagian aku sekarang sudah punya pacar,” lanjut Kiki tanpa basa-basi sedikitpun.
“Kiki, jangan berbohong padaku, aku sangat tahu keadaanmu, bagaimana bisa kamu punya pacar,” jawab Tong Gos berkilah.
“Aku tahu kamu nggak bakal percaya, kebetulan dia ada disini sekarang,” jawab Kiki sambil mengapit tangannya ke Yuda sambil menatap dengan mesra.
“Ini pacarku Yuda Tan,” ucap Kiki dengan mesra ke Yuda.
Tong Gos pun memperhatikan dengan seksama penampilan Yuda, hingga kemudian mencibir dengan ekpresi menghina.
“Kiki… please, kalau mencari orang untuk berpura-pura menjadi pacarmu, carilah orang yang pantas dan berkelas. Tentu saja aku nggak percaya dengan orang yang berpenampilan seperti ini,” cibir Tong.
Merasa Tong meremehkan dan penghinaan itu, emosi Yuda pun tersulut.
“Hei… kamu berani meremehin aku?” kata Yuda.
“Hahaha… apa masih perlu penjelasan? Jika kamu punya kemampuan untuk dihormati orang lain, maka kamu harus punya kemampuan agar orang lain menghormatimu,” ucap Tong.
“Kalau kamu punya mampu memacari Kiki, apa kamu punya simpanan rekening bank puluhan miliar?” ejak Tong.
“Jelas saja nggak ada!” Tong menjawab sendiri pertanyaannya.
Yuda menggelengkan kepalanya.
“Kalau begitu, apa punya gaji tahunan satu miliar?”
“Aku belum lulus kuliah,” jawab Yuda singkat.
Mendengar jawaban itu, Tong Gos pun semakin senang. Jelas, anak muda di hadapannya ini bukan apa-apa dibanding dengan dirinya sebagai anak sulung keluarga Gos.
“Aku kasih tahu biar kamu paham. Keluarga Gos mempunyai bebeberapa perusahaan besar dengan aset triliunan dan aku adalah satu-satunya penerus keluarga Gos. Sekarang aku sebagai Wakil Direktur di grup perusahaan Gos. Bagaimana kamu bisa sebanding denganku?”
“Modal kemampuan apa yang kamu punya untuk bisa bersaing denganku?” ejek Tong.
Orang-orang yang menoton pun segera saling berkomentar.
“Perbedaannya seperti bumi dan langit, jelas saja aku pilih kakak Tong.”
“Tapi anak muda itu kelihatat lebih tampan dari kakak Tong.”
“Apa anak muda itu akan mau menjadi gigolonya? Cuma modal tampan tapi nggak punya uang.”
Ada sedikit penyesalan Kiki mendengar orang-orang berbicara seperti itu.
Awalnya ia hanya ingin mencari seseorang untuk mengalihkan persoalan Tong Gos yang selalu mengejar perhatiannya, tapi ia lupa ada kesenjangan yang jauh antara Yuda dan Tong.
“Hei bocah… Apa kamu lihat mobil yang akan kuhadiahkan untuk Kiki? Harganya enam miliar lebih. Bukan maksudku merendahkanmu, tapi sepertinya kamu tidak akan mampu untuk membelinya. Bahkan jika kamu menabung sampai seumur hidup pun, kamu nggak akan sanggup mengumpulkan uang untuk membelinya,” ujar Tong mengejek.
Puas rasanya bagi Tong setelah mengejek ketidakberdayaan Yuda untuk mengalahkannya soal kekayaan. Tak puas sampai di situ, Tong meneruskan lagi pamer kekayaannya.
“Ini… ini mawar biru yang aku beli khusus dan dikirm langsung dari Eropa. Satu tangkainya seharga lima juta, pakaian mu saja tidak senilai dengan harga setangkai bunga yang kuberikan kepada Kiki,” cibir Tong.
“Menyedihkan sekali nasibmu bocah! Kamu tidak memenuhi syarat untuk mengejar cintanya, apalagi mau menandingi kemampuan ku… Jangan mimpi siang bolong!” ujar Tong.
Tatapan semua orang mengarah kepada Yuda dengan ekspresi beragam tak percaya melihatnya nekad bersaing dengan anak sultan. Meski ada juga yang simpati dan kasihan.
Ini adalah persaingan tidak seimbang, seperti bumi dan langit, bisik para penonton.
Namun sebaliknya Yuda malah santai saja menyikapinya.
“Tuan muda, apakah maksudmu hanya orang-orang kaya seperti mu yang pantas mengejar Kiki? Atau.. maksudmu, Kiki ini hanyalah seorang gadis matre yang hanya peduli dengan uang?” kata Yuda membalas ejekan Ton.
“Aaah… maksudku bukan begitu…”
Tong langsung kena mental, ia mengejar Kiki bukan hanya karena kecantikannya, tetapi niatnya yang utama adalah untuk mendapatkan dukungan dari keluarga Sutoyo.
Malah Tong yang mengharapkan dukungan kekayaan Kiki sebagai anak sulung keluarga Sutoyo, tentu saja kekayaan kelurga Gos tidak sebanding dengan warisan yang akan dipunyai Kiki.
Tong Gos egera mencari cara untuk mengklarifikasinya kepada Kiki, jangan sampai Kikir merasa dirinya seorang gadis matrialistis.
“Kiki.. mohon jangan salah paham, aku tidak seperti yang dikatakan bocah itu,” ucap Tong.
Sebaliknya Kiki malah bersimpati kepada Yuda yang mampu memberikan jawaban tak terduga yang langsung menusuk Tong. Jawaban Yuda langsung membuat Tong Gos bertekuk lutut. Kiki diam tidak menanggapi omongan Tong.
“Kiki, please.. jangan percaya omong kosongnya, Aku benar-benar tulus kepadamu,” kata Tong memohon.
“Kemarin aku mendengar kabar kamu mengalami kecelakaan di jalan, itu membuatku takut setengah mati, untungnya kamu baik-baik saja,” bujuk Tong.
“Mobilmu katanya rusak parah, jadi aku langsung membelikan mobil ini untukmu. Bukan soal uang, tetapi ini karena aku benar-benar tulus,” kata Tong lagi.
“Aih… romantis sekali anak sultan ini, andai saja aku yang ingin dinikahinya pasti aku langsung menerima lamarannya,” ujar seorang perempuan yang menonton.
“Tuan muda yang kaya raya, baik dan memberikan mobil seharga enam milyar begitu saja, susah mencari laki-laki seperti itu,” ujar yang lain ikut berceloteh.
Tong mendengar komentar para penonton, lalu diam-diam ia memberi isyarat ke anak buahnya yang berpura-pura ikut menonton agar segera menjalankan aksinya.
“terima… terima… terima jadi pacarnya… ”
Adanya aksi orang itu, orang-orang yang lain pun ikut-ikutan meneriakkan.