KBMTV.ID | Kondisi darurat judi online, kini Rumah Sakit Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor, Jawa Barat, membuka pelayanan bagi pecandu judi online atau judi daring sebagai penangan adiksi prilaku.
Rumah Sakit di bawah Kementerian Kesehatan ini sebelumnya sudah memiliki instalasi ketergantungan narkotika, psikotropika, dan obat terlarang (NAPZA). Juga merupakan rujukan umah sakit pusat nasional untuk pelayanan kesehatan jiwa. .
Dirut RSMM dr Nova Riyanti Yusuf di Kota Bogor, dikutip Jumat (21/6/2024), mengatakan program penanganan adiksi perilaku ini dari awal sudah berjalan. Namun akan ditambah di Instalasi Pemulihan Ketergantungan NAPZA.
“Nanti kita lebih “official” saja menampilkan sebagai bahwa ini bukan hanya instalasi penyalahgunaan NAPZA, tetapi juga ada penanganan adiksi perilaku,” kata Nova.
Menurut Nova, RSMM termasuk tim medis dan keperawatan telah berdiskusi panjang untuk menghadapi fenomena kecanduan judi online ini. Di mana kecanduan judi online berkaitan dengan adiksi atau kecanduan dalam konteks perilaku.
“Selama ini kan kita terbiasa dengan NAPZA kan ya, nah ini yang perilaku nih. Seperti penggunaan gadget kan, bermain game, ada yang seks dan pornografi, judi, termasuk belanja ya,” jelasnya.
Nova menjelaskan, kecanduan judi online ini termasuk dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) V, dan sudah masuk dalam kategori gambling disorder atau gangguan gambling.
Sejauh ini, Nova menyebut RSMM saat ini merawat satu orang pasien kecanduan judi online. Namun tak memungkiri banyak pasien yang melakukan rawat jalan juga.
“Karena ada yang datang dengan cemas ya keluhannya. Kemudian masalah kepribadian dan itu semua masuk dalam payung besar gangguan jiwa,” jelasnya.
RS Marzoeki Mahdi
Dulu bernama Rumah Sakit Jiwa Pusat (RSJP) sekarang berganti nama Rumah Sakit dr Marzoeki Mahdi (RSMM) terletak di Jalan Semeru, Kelurahan Menteng, Bogor Barat, Kota Bogor.
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang pertama didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada 1 Juli 1882.
Pada saat itu pemerintah Hindia Belanda ingin mendirikan rumah sakit jiwa, pertama hasil sensus yang dilakukan pada 1862 telah memperlihatkan kesimpulan tentang banyaknya pasien gangguan jiwa berkeliaran bebas di masyarakat.
Kemudian ada keyakinan bahwa penyakit jiwa dapat disembuhkan jika diberi perhatian dan perawatan yang layak.
Nama dr. H Marzoeki Mahdi sebagai nama rumah sakit diambil dari seorang dokter pejuang dan pelopor gerakan kesehatan jiwa di Indonesia.
Dia merupakan seorang putra minang yang lahir di Kota Gadang, pada 14 Mei 1890. Marzoeki Mahdi merupakan dokter lulusan STOVIA. Dia masuk STOVIA pada 9 November 1908 dan lulus pada 23 Mei 1918.
Marzoeki Mahdi tercatat pernah memimpin Rumah Sakit Jiwa Bogor. Sebanyak dua kali dia bekerja di RSJ Bogor, yakni 1924 dan 1932.
Pada 1942, dia menjadi direktur RSJ Bogor dan pada 1945 menjadi inspektur kesehatan RSJ Bogor.[]