Meski struktur unit bisnis berubah, kepemilikan perusahaan-perusahaan tersebut adalah milik PKC sebagai otoritas tertinggi pengambilan keputusan perusahaan.
Transformasi unit manajemen bisnis dari struktur unit usaha berbasis komunitas menjadi unit bisnis ini ternyata membuat lebih berkinerja.
Formula ini sukses mendorong pertumbuhan China mencapai rekor tertinggi dan bertahan selama empat dekade.
Baca Juga: Demo Buruh Ancam Mogok Nasional
Bank Dunia memperkirakan bahwa lebih dari 760 juta orang China telah keluar dari kemiskinan berkat reformasi tersebut. Ini adalah capaian yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Beberapa ahli menyebutnya sebagai “keajaiban ekonomi paling mengesankan dalam sejarah”.
Deng meliberalisasi ekonomi, membuka pintu bagi sektor swasta, dan mendesentralisasi kekuasaan sehingga otoritas lokal punya wewenang mengambil keputusan.
Selain itu Deng membubarkan unit usaha komunitas secara bertahap, lalu memberi keleluasaan kepada para petani untuk mengelola tanah yang mereka garap.
Surga Investasi
Investor asing mulai diberikan pintu masuk ke China, di awali langkah Deng berkunjung ke Washington Amerika Serikat (AS) bertemu dengan Presiden Jimmy Carter pada 1979. Ini membuka jalan bagi masuknya investasi asing dan perusahaan multinasional yang menjadi ikon kapitalisme seperti Coca-Cola, Boeing, dan McDonald’s.
Investasi asing diberikan keleluasaan menikmati pasar konsumen China, namun tenaga kerja di perusahaan-perusahaan asing itu adalah pekerja China yang dikoordinasikan oleh PKC.
Partai Komunis China bertindak sebagai perusahaan alih daya tenaga kerja untuk mengendalikan jumlah tenaga kerja, sehingga upah tenaga kerja bisa dikontrol untuk mencegah tuntutan kenaikan upah buruh.
Hal ini tentu saja menguntungkan perusahaan yang akan berinvestasi di China karena tidak perlu dipusingkan dengan tuntutan kenaikan upah buruh namun di sisi lain perusahan dapat tetap berkinerja dengan struktur upah buruh yang murah. Sementara aset lahan tetap dimiliki oleh PKC sebagai
Berbeda dengan pesaing negara-negara lainnya di Asia seperti Indonesia, Thailand, Malaysia yang hanya mengandlakan jualan upah buruh murah. Namun dalam beberapa tahun kemudian tuntuan kenaikan upah membuat kinerja perusahaan teraganggu, sebagai akibat aksi demonstrasi dan menurunkan kinerja buruh karena keresahan soal gaji.