KBMTV.ID | Pembantaian Etnis Palestina oleh Israel terus berlangsung, kali ini menewaskan puluhan warga termasuk anak-anak dan wanita.
Pejabat medis Palestina mengatakan dua serangan Israel di Gaza menewaskan sedikitnya 14 orang, termasuk dua anak-anak dan seorang wanita, Senin malam (11/11/2024). Kejamnya, serangan menargetkan zona kemanusiaan yang ditetapkan sendiri oleh Israel.
Serangan bom pada Senin malam menghantam kafetaria darurat para pengungsi di Muwasi yang merupakan pusat zona kemanusiaan.
Setidaknya 14 orang tewas, termasuk dua anak-anak, menurut pejabat di Rumah Sakit Nasser, tempat para korban dibawa.
Sebelum serangan bom itu, militer Israel mengumumkan perluasan zona tersebut, di mana mereka telah memaksa warga Palestina yang mengungsi dari bagian lain Gaza, untuk pindak ke lokasi tersebut.
Ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi berlindung di kamp-kamp tenda yang luas di dan sekitar Muwasi, daerah perbukitan pasir dan ladang pertanian yang sebagian besar terpencil dengan sedikit fasilitas atau layanan, di sepanjang pantai Mediterania di Gaza selatan.
Kemudian Selasa dinihari (12/11/2024) dini hari, serangan bom menghantam sebuah rumah di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, menewaskan tiga orang termasuk seorang wanita, menurut Rumah Sakit al-Awda, yang menerima korban. Serangan itu juga melukai 11 orang lainnya.
Kecam Pembersihan Etnis Palestina
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengutuk serangan udara Israel di Jabalia, Gaza utara, yang dilakukan beberapa waktu belakangan. Serangan itu mengakibatkan jatuhnya banyak korban.
Seruan intervensi internasional untuk menghentikan serangan genosida Israel terhadap warga Palestina juga semakin meningkat.
Borel dalam pernyataan di X, Senin (11/11/2024) mengutuk keras serangan Israel.
“Saya mengutuk keras serangan Israel terbaru di Jabalia, Gaza, dengan banyaknya korban warga sipil,” kata Borrell.
Borrel menyoroti istilah seperti pembersihan etnis semakin sering digunakan untuk menggambarkan apa yang terjadi di Gaza Utara.
Dia menyoroti beratnya krisis kemanusiaan dan pemindahan paksa yang secara tegas melanggar hukum internasional.
Borrell memperingatkan penggunaan kelaparan sebagai senjata perang juga bertentangan dengan hukum humaniter internasional (IHL).
Dia menyebut peringatan Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) PBB baru-baru ini yang menandakan kemungkinan besar kelaparan menyebar di Gaza utara.
Ia juga menekankan perlunya tindakan segera. Bencana buatan manusia ini, juga harus dihindari.
Lebih lanjut, Borrell Borrell mengimbau Israel dan sekutunya agar bertanggung jawab.
Dia menekankan tindakan mendesak diperlukan untuk mengakhiri penderitaan warga Palestina dan untuk pembebasan para sandera.
Merujuk pada laporan IPC, dia menuturkan tindakan oleh semua pihak diperlukan dalam beberapa hari, bukan hitungan minggu.
Borrell juga mengingatkan Israel tentang kewajibannya sebagai pihak yang melakukan pendudukan yang memiliki kewajiban untuk bertindak dengan mengizinkan bantuan masuk.[]