Kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) seperti Chat GPT, menjadi populer digunakan untuk mengerjakan tugas kuliah atau pekerjaan lainnya. Tugas-tugas berat yang menguras pikiran menjadi terasa mudah setelah mengandalkan AI.
KBMTV.ID | Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Dikti Saintek) Prof. Stella Christie mengingatkan konsekuensi jika seseorang terlalu bergantung pada AI.
Bukan hanya anak muda, tetapi banyak kalangan mengandalkan Kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan. AI memang bisa jadi alat yang sangat membantu, namun, terlalu mengandalkan AI juga bisa mendatangkan konsekuensi.
Mengutip dari akun instagram @kemendiktisaintek_ri, Jumat (6/12/2024), Prof. Stella Christie memaparkan konsekuensi jika bergantung pada AI.
Menurut Stella, pengguna AI tanpa etika bisa mendatangkan konsekuensi yang kurang baik, khususnya bagi pelajar.
1. Hilangnya kemampuan untuk menilai kualitas
Stella menjelaskan, manusia dengan nurani dan sensitivitas alaminya tentu tidak dapat digantikan oleh AI. Seperti Chat GPT yang hanya mampu memberikan jawaban secara umum. “Bergantung sepenuhnya ada AI tanpa mengeluarkan pikiran-pikiran baru, pada akhirnya akan membuat kita tidak bisa menilai mana karya yang baik dan tidak,” kata Stella
2. Kehilangan kemampuan untuk menciptakan karya orisinal
Penggunaan AI yang secara terus menerus dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Akibatnya tanpa sadar AI mulai menggantikan peran manusia. Misalnya dalam coding, script writing atau pekerjaan lainnya.
“Alih-alih membantu pekerjaan, mesin pintar ini justru bisa menggantikan produktivitas dan menghilangkan kemampuan alam memproduksi karya sendiri,” paparnya.
3. Tidak mengetahui batasan penggunaan AI
Dengan kemudahan akses, prompt dan penyelesaian tugas yang cepat, AI seringkali jadi pilihan utama untuk mempermudah pekerjaan.
Namun, kemudahan ini bisa menjadi pedang bermata dua yang membawa dampak negatif. Tanpa disadari bisa kehilangan pandangan yang jernih dan strategis tentang sejauh mana batasan AI dalam dunia digital.
Stella pun mengajak untuk menggunakan AI dengan bijak dan beretika.[]