IHSG Terpuruk, Media Asing Soroti Kebijakan Meresahkan Investor

IHSG
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad bersama pimpinan Komisi XI melakukan sidak ke kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) menyusul terjadinya penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai 5 persen dan memberikan dukungan serta meyakinkan pasar agar tetap tenang. | Foto: ANTARA /Sulthony Hasanuddin/rwa.

KBMTV.ID | Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk hingga 6,12 persen pada akhir penutupan perdagangan sesi pertama, Selasa (18/3/2025) siang.

Hal ini membuat PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat melakukan pembekuan perdagangan (trading halt) sementara.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK),  pada hari Rabu (19/3/2025) melonggarkan aturan kendali terhadap perusahaan yang ingin membeli kembali saham dan melakukan intervensi lisan untuk mendukung harga saham.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi mengizinkan perusahaan yang terdaftar BEJ, kini dapat membeli kembali saham tanpa persetujuan pemegang saham.

“Dengan kebijakan pelonggaran pembelian kembali, kami berharap dapat memberikan sinyal positif bahwa perusahaan memiliki fundamental yang baik dan memberikan kepercayaan pasar kepada investor.” Kata Inarno dalam keterangannya.

Menurutnya, kebijakan ini akan memberikan keleluasaan kepada perusahaan terrdaftar untuk melakukan aksi korporasi guna mengurangi volatilitas saham.

“Aturan pembelian kembali baru dari regulator keuangan tersebut berlaku selama enam bulan dan dimaksudkan untuk menopang kepercayaan pasar,” kata Inarno.

Kondisi terjun bebasnya IHSG ini disoroti oleh berbagai media asing, apalagi fenomena ini berbeda dengan tren pasar di Asia.

Business Times membahas penurunan IHSG dalam tulisan “Indonesian Stock Dive Triggers Trading Halt Amid Fears of Economy Stalling and Political Uncertainty”, Selasa, (18/3/2024).

Media Singapura itu menyatakan, indeks saham Indonesia anjlok lebih tajam sejak pandemi 2020. Penurunan saham hingga lebih dari enam persen, bahkan mencapai titik terendah sejak September 2011.

Penurunan IHSG bertentangan dengan sentimen pasar yang umumnya positif di seluruh Asia akibat dorongan langkah-langkah stimulus dari China.

Media ini mengabarkan, indeks saham Indonesia jatuh salah satunya akibat pendirian Danantara.

Banyak investor disebut khawarit terhadap Danantara yang mengontrol perusahaan negara dengan aset besar.

Selain itu, Business Times juga menyorotin keputusan pemerintah Indonesia yang akan merevisi UU TNI sehingga berpotensi mengizinkan prajurit berperan di lembaga sipil, disebut juga meresahkan investor.

Nilai tukar rupiah pun disorot karena merosot paling tajam se-Asia sebesar Rp 16.472 per dollar AS.

Rupiah bahkan disebut menjadi salah satu mata uang terburuk di Asia pada 2025. Jika dibiarkan, nilai tukar rupiah akan mencapai 17.000 terhadap dollar AS pada akhir tahun.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 6,12 persen pada akhir penutupan perdagangan sesi pertama, Selasa (18/3/2025) siang.[]

Berita Terkait

KBMTV

FREE
VIEW