KBMTV.ID | Hampir sebulan setelah Amerika Serikat (AS) janjikan mendukung Isreal sejumlah 100 juta dolar (Rp 1,58 Triliun) pada 10 Okober 2023, sejak itu serangan Israel telah membunuh 10.000 orang dan melukai 25.000 orang termasuk anak-anak dan wanita.
Angka korban meninggal itu diantaranya 4000 adalah korban anak-anak dan 2600 nya adalah wanita.
Kementerian Kesehatan Gaza menyebut, hanya dalam waktu kurang dari sebulan setidaknya 10.022 warga Gaza telah terbunuh, termasuk 4.104 anak-anak dan 2.641 wanita.
Sementara itu, di Tepi Barat sebanyak 164 warga sipil Palestina terbunuh sejak dikuasai Isreal pada 7 Oktober 2023, empat orang dari 2.200 orang yang mendekam dalam tahanan.
Bahkan korban meninggal juga mengenai para pekerja dari Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA) sebanyak 89 orang meninggal. UNRWA mengatakan lima rekannya telah terbunuh dalam 24 jam terakhir saja.
Sementara Israel meyebut sebanyak 31 orang tentaranya tewas sejak agresi operasi perluasan wilayah di Gaza pada 27 Oktober dan sebanyak 1.600 orang tewas di Israel.
Di sisi lain, menurut angka resmi, jumlah korban tewas di Israel hampir 1.600 orang. Israel mengatakan 31 tentara telah tewas sejak mereka mulai memperluas operasi darat di Gaza pada 27 Oktober.
Sementara dua lagi jurnalis Palestina menjadi korban serangan intensif pasukan Israel terhadap warga sipil di Jalur Gaza pada Selasa, sehingga jumlah total jurnalis yang terbunuh sejak 7 Oktober menjadi 49 orang.
Lebih dari 4.000 anak Palestina tewas, setelah nyaris satu bulan pasukan Israel melakukan agresi dan menggempur wilayah di Jalur Gaza.
Pembantaian Di Pengungsian
Pembantaian militer Israel semakin menjadi-jadi ketika pada Minggu (5/11/2023) sore, serangan udara Isreal menyasar beberapa rumah di dekat sebuah sekolah di kamp pengungsi Bureji di Gaza tengah. Akibat serangan pada Minggu kelam itu, 13 warga sipil terbunuh oleh kegangasan militer Israel..
Tidak berhenti sampai di situ, militer udara Israel juga ketiga kalinya menyeran kamp pengungsi hanya dalam 24 jam terakhir.
Lebih dari 50 warga Palestina tewas dalam serangan di kamp pengungsi Jabalia dan al-Maghazi di Gaza.
Menguti dari Al-Jazeera Minggu (5/11/2023), seorang warga di kamp al-Maghzi, Arafat Abu Mashaia. menyebut serangan itu meratakan beberapa rumah bertingkat yang selama ini menjadi tempat berlindung bagi warga sipil.
“Ini benar-benar pembantaian,” kata Mashaia, dikutip Al Jazeera.
“Semua yang ada di sini adalah orang-orang yang damai. Saya menantang siapa pun yang mengatakan ada [milisi] perlawanan di sini,” ujarnya.
Kamp al-Maghzi merupakan kawasan yang untuk zona evakuasi, ketika militer Israel mendesak warga sipil Palestina untuk mencari perlindungan di tengah serangan militer ke wilayah utara.
Dungan Amerika Serikat
Sebelumnya Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan, pada Selasa (10/10/2023) untuk mendukung Israel di jalur Gaza dengan gelontoran dolar beralasan meredakan ketegangan.
Dana yang digelontorkan untuk rencana pembantaian warga Gaza senilai $ 100 juta (Rp 1,58).
“kami mendukung Israel,” ketika Washington. Biden berupaya meredakan ketegangan di Timur Tengah, setelah serangan militan Hamas, mengutip dari VOA (10/10/2023).
Biden menjanjikan dukungan berkelanjutan dari Washington pada serangan balasan Israel terhadap apa yang disebutnya sebagai “kekejaman” yang telah menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk sedikitnya 14 warga AS.
“Kami mendukung Israel,” katanya.
“Kami akan memastikan mereka memperoleh apa yang dibutuhkan untuk menjaga warganya dapat mempertahankan diri, dan membalas serangan itu. Tidak ada pembenaran untuk terorisme. Tidak ada alasan,” ujarnya.
Biden yang didampingi Wakil Presiden Kamala Harris dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken, menyampaikan rincian dari kejadian pada akhir pekan lalu, yang menurutnya merupakan “tindakan yang sangat jahat.”
Biden mengatakan, ia akan meminta Kongres untuk mengambil “tindakan segera” namun tidak menjelaskannya secara khusus. Untuk saat ini, dengan kosongnya posisi ketua DPR, yang dikuasai Partai Republik, Kongres tidak dapat meloloskan anggaran baru.
Penasihat keamanan nasional Jake Sullivan mengatakan, Gedung Putih akan mendorong Kongres untuk tetap memberikan dukungan militer ke Israel.
Sullivan menambahkan, Gedung Putih yakin terdapat 20 warga AS yang belum diketahui nasibnya, namun menjelaskan bahwa tidak semua dari mereka disandera.
Biden mengatakan ia telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (10/10/2023) (untuk pembicaraan mereka yang ketiga sejak krisis dimulai) dan mengatakan bahwa ia tidak terkejut dengan respons Israel yang “cepat, tegas dan besar.”
“Kami juga berbicara bagaimana negara demokrasi seperti Israel dan Amerika Serikat menjadi lebih kuat dan lebih aman ketika kami bertindak sesuai hukum yang berlaku,” Biden berkilah.[]