Novel: Tuan Penguasa
Tuan Penguasa
Dipa Anom adalah seorang tuan muda yang berasal dari sekte kuat dan berpengaruh. Ia diberkati dengan bakat terpendam yang ekstrim dalam budidaya bela diri. Karena bakatnya muncul kepercayaan dirinya. Rasa kepercayaan diri itu pula melahirkan ambisinya untuk menjadi pendekar jenius dalam tempo sepuluh tahun.
Namun sepuluh tahun kemudian, Dipa Anom malah muncul di sebuah sekte kecil di kota kecil dengan cara yang aneh. Ia malah muncul dengan kondisi serba kekurangan, tingkat kanuragannya pun rendah dan tak berdaya, bahkan ia tidak punya harta apa pun untuk membangun kekuatannya. Kondisi ini membuat dirinya harus meningkatkan kekuatannya secara perlahan, mulai merintis dari bawah sampai ke tingkat pendekar yang tak terkalahkan.
Padepokan Astana Pura
Padepokan Astana Pura merupakan satu-satunya tempat di Kota Lima, menerima murid dari luar untuk menjadi pembudidaya ilmu kanuragan sebagai murid.
Setiap musim tertentu, Padepokan menerima murid baru. Karena itu, anak-anak dan pemuda dari banyak desa terdekat akan mendaftar mengukuti ujian masuk ke Padepokan Astana Pura, mencari jalan yang perkasa.
Periode penerimaan murid padepokan tahun ini sudah lama berakhir. Namun, di depan gerbang utama padepokan berdiri seorang pemuda dengan pakaiannya seperti anak yang terpelajar. Anak muda ini terus-menerus memohon untuk diizinkan masuk padepokan.
Usia pemuda ini tampaknya sekitar lima belas hingga enam belas tahun dan memiliki fitur wajah yang baik, telihat seperti seorang anak yang tampan dan cemerlang. Satu-satunya kekurangan penampilannya adalah memiliki tubuh yang agak kurus. Meski penampilan pakaian terpelajar, namun penuh sobekannya dan agak compang-camping. Seolah ia telah melalui banyak hal, penampilannya seperti seorang terpelajar yang lusuh.
“Wah, sudah berulangkali ku katakan, kenapa kamu begitu keras kepala? Penerimaan murid baru Padepokan Astana Pura sudah tutup. Jika kamu benar-benar ingin bergabung dengan Padepokan kami, tunggu penerimaan murid tahun depan,” kata seorang pendekar yang berjaga di depan pintu gerbang Padepokan Astana Pura.
Penjaga itu menatap pemuda itu dengan kesal.
Penjaga lain yang tampak galak di tempat gardu penjagaan pintu masuk gerbang pademokan menatap tajam ke arah pemuda sambil membentak,
“Kamu sudah datang bolak-balik ke sini selama. Kalau kamu bersikeras terus, jangan salahkan jika kami mulai kasar.”
Kedua penjaga itu sudah berpengalaman dengan orang-orang yang tanpa malu memaksa masuk ke dalam Padepokan.
Pemuda itu pun tersenyum sambil tertawa.
“Kakangmas penjaga yang baik, aku Dipa Anom. Aku ini anak jenius ilmu kanuragan, pendekar langka yang hanya muncul setiap seratus tahun! Selama para kakangmas berdua mau berbaik hati dan mengijinkan aku masuk ke dalam padepokan, aku pasti akan diterima menjadi murid Padepokan Astana Pura. Tidak hanya itu, aku akan menjadi murid padepokan yang terbaik dalam sejarah! Ketika saat itu terjadi, aku pasti tidak akan melupakan kebaikan kakangmas berdua!”
“Omong kosong! Kamu menyebut diri seorang jenius yang hanya muncul setiap seratus tahun?” salah satu penjaga menertawakan pemuda dihadapannya.
“Apa kamu tidak sadar diri, tubuh kamu begitu kurus seperti anak yang kurang gizi. Kamu malah tidak akan mampu menerima pukulan dari tangan ku!” timpal penjaga yang berwajah galak, sambil mengepalkan tangannya dan siap meninju.
Melihat sebuah tangan yang datang, anak muda itu langsung berseru.
“Stop! Tunggu dulu,”
Seruan anak muda yang bernama Dipa Anom ternyata cukup membuat kedua penjaga itu terdiam. Suara Dipa Anom bagai orang yang memiliki wibawa seperti pandekar kuat.
Penjaga yang memiliki wajah galak itu itu sesaat terdiam menatap kosong padanya. Pemuda itu seperti menampakkan tekanan aura yang aneh dan sulit untuk dijelaskan.
Setelah kesadaannya kembali lagi, penjaga berwajah galak mengejeknya lagi.
“Sekarang kamu ketakutan? Cepat pergi dari sini. Kalau tidak, aku tidak segan-segan melukai mu.”
Hah, lucu sekali? Aku seorang tuan muda yang telah menjalani banyak keadaan, kenapa aku harus takut kepada mereka? Namun Dipa Anom tersenyum kecut, ketika menyadari dirinya sekarang sangat lemah dan menyedihkan.
“Lihatlah, apa ini!”
Sebongkah batu mengkilap terlihat di tangannya. Sebongka batu itu kristal bening tidak cacat, membuat orang yang melihatnya pasti akan takjub. Kedua penjaga memandangi batu di tangan Dipa Anom, pandangannya menyelidik.
Ekspresi wajah kedua penjaga itu berubah setelah menelisik dengan seksama batu di tangan Dipa Anom.
Dipa Anom tertawa puas memandang ekspresi kedua penjaga.
“Hehe, Kakangmas tentu mau ini? Tetapi Tuan Muda ini akan memberikan batu ini kepada Kakangmas, selama Kakangmas mau memberi kesempatan Tuan Muda ini bisa masuk ke dalam Padepokan…” kilah Dipa Anom.
Paang…!
Belum lagi Dipa Anom selesai bicara, sebuah telapak tangan dari penjaga itu mengayun ke arahnya. Seketika tangan penjaga itu menampar batu mengkilap di tangan Dipa Anom.
“Kamu berani menggunakan batu sampah ini untuk menyuapku!
pikir jika Anda tidak melihat peti mati Anda, Anda tidak akan menangis!” penjaga yang marah berteriak pada Dipa Anom. Setelah dia selesai berbicara, penjaga itu mengangkat tinju kanannya ke Dipa Anom dan mengirimkan pukulan keras ke wajah pemuda itu.
“Sial, saya telah menemukan seseorang yang tidak tahu hal yang baik ketika dia melihatnya,” Dipa Anom mengutuk dirinya sendiri.
Dia menutup matanya tanpa melakukan perlawanan karena dia sendiri tahu bahwa dia tidak memiliki kemampuan untuk melawan.
Tepat saat sebuah tinju hendak menyapa wajah pemuda itu, sebuah suara yang dalam dan nyaring dengan tegas memerintahkan, “Berhenti!”
Suara itu terdengar seolah-olah ada iblis di dekatnya, langsung membekukan tinju penjaga itu.
Dipa Anom membuka matanya dan buru-buru mundur ke belakang, mencengkeram dadanya sambil bergumam pada dirinya sendiri.
“hampir saja aku mati!”
Saat kedua penjaga itu melihat ke arah suara yang datang, mereka melihat seorang pria berbadan tegap berusia sekitar 30 tahun menunggangi srigala dan mendekati mereka. Setelah melihatnya, kedua penjaga gemetar, dengan ketakutan berlutut di lantai.
“Salam hormat tetua kesembilan belas!”
Pemuda ini adalah sesepuh dari Padepokan Astana Pura, Tetua Wirawan.
Wirawan adalah sosok yang luar biasa dari generasi muda Padepokan Astana Pura. Dia berasal dari keluarga rakyat biasa.
Setelah menjadi murid di Padepokan Astana Pura, ia telah menunjukkan bakat cemerlang diantara murid-murid segenerasinya, Hingga ia menjadi murid tercepat yang mampu mencapai Alam Astral diantara para murid luar segenerasi.
Tidak butuh waktu lama untuk membuat Wakil Kepala Padepokan untuk merekrut Wirawan sebagai murid pribadinya. Di bawah pengawasan khusus Wakil Kepala Padepokan sebagai gurunya, ia dengan cepat bisa naik kekuatan ilmu kanuragannya pada tahap Alam Transformasi. Ia pun kemudian diangkat menjadi pengawas Padepokan Astana Pura, posisi ini merupakan penatua termuda dalam sejarah.
Ilmu kanuragan tahap Alam Dasar adalah pembudidaya bela diri tenaga dalam tingkat paling rendah. Pembudidaya di Alam Dasar berlatih dan belajar untuk menyempurnakan kekuatan fisik tubuh, pembudiaya harus mampu menguasai tahapan Alam Dasar tingkat sembilan puncak.
Pada tahap Alam Dasar tingkat sembilan puncak, pembudidaya baru memiliki kemampuan dirinya menggunakan kekuatan bintang-bintang di langit ke dalam kekuatan bintang di dalam dirinya. Tahapan ini adalah Alam Astral yang mampu mengolah kekuatan bintang di langit menjadi kekuatan bintang di dalam dirinya sendiri. Tahapan Alam Astral mampu mengolah kekuatan bintang dalam dirinya, kemudian menjadikannya sebagai senjata untuk menyerang secara eksternal sebagai manifestasi kekuatan ilmu kanuragan.
Seseorang yang telah mencapai kekuatan tahap Alam Astral akan dengan mudah menyerang lawan yang masih berada pada tahap Alam Dasar .
Setelah melaui tahapan Alam Astral, penggarap ilmu kanuragan akan memasuki tahap Alam Transformasi. Seseorang yang telah memasuki tahap Alam Transformasi memiliki kekuatan untuk memadatkan energi sebagai pelindung tubuh fisik seseorang.
Penggarap ilmu kanuragan Alam Transformasi akan dapat melindungi tubuh fisiknya dari serangan tombak, pedang dan senjata tajam biasa. Seseorang yang telah memiliki ilmu kanuragan tingkat Alam Transformasi, akan mendapatkan pengakuan sebagai pendekar ilmu kanuragan.
Baik tahap Alam Dasar, Alam Astral dan Alam Transformasi, masing-masing memiliki sembilan tingkatan untuk menembus masing-masing tahapan. Semakin tinggi tingkatan seseorang pada masing-masing tahapan akan terlihat dari ketinggian dan kesaktian seseorang.
Wirawan dalam usia muda telah mampu mencapai Alam Transformasi, dan menjadi terkenal di seluruh Padepokan Astana Pura. Prestasi ini menandakan Wirawan akan mempunyai masa depan yang cerah untuk menjadi seorang yang sakti mandraguna.
Mengabaikan dua penjaga yang sebelumnya sudah siap menyerang Dipa Anom, Wirawan mangambil sepotong batu mengkilap di tanah. Ia memeriksanya sebentar dan matanya pun berkilat takjub.
“Ini kristal roh bermutu tinggi!”
“Aha, akhirnya ada juga seseorang yang tahu hal-hal baik ketika dia melihatnya!” Dipa Anom menyela sambil berteriak gembira.
“I…itu kristal roh bermutu tinggi ?!” kedua penjaga mulutnya tengangga lebar.
Kristal roh merupakan batu yang memiliki kekuatan alami dunia, kristal roh membantu para pendekar ilmu kanuragan untuk meningkatkan kekuatannya.
Kualitas kritsal roh dibedakan menjadi tiga tingkatan kualitas, mulai tingkat rendah, sedang dan tinggi. Kristal roh yang bermutu tinggi memiliki kadar tertinggi dan mengandung jumlah energi alami tertinggi per kristal. Kemanjuran satu kristal tingkat tinggi sama dengan sepuluh kristal tingkat menengah, atau seratus kristal tingkat rendah.
“Tentu saja. Energi alami yang ada di dalam batu ini sangat murni dan tidak cacat. Apa lagi ini kalau bukan kristal roh tingkat tinggi?” Wirawan menjawab acuh tak acuh.
Mendengar ini, penjaga yang sebelumnya telah membuang kristal itu ke tanah, kini merasa sangat menyesalinya.
Kedua penjaga berada pada tingkat ketiga dari Alam Astral. Jika mereka tahu ini kristal roh tingkat tinggi, maka itu akan dapat meningkatkan mencapai tingkat keenam Alam Astral.
Semua orang tahu bahwa kristal roh tidak mudah mendapatkannya. Bahkan satu kristal roh tingkat rendah saja perlu harga yang cukup cukup signifikan untuk mendapatkannya. Tapi kedua penjaga, tadi malah membuangnya seperti batu tak berharga.
“Sial, kenapa bocah tidak bilang dari awal?” penjaga hanya bisa diam-diam mengutuk dirinya sendiri dengan rasa sesal.
“Apakah kristal roh ini milikmu?” tanya Wirawan kepada Dipa Anom.
Dia bisa melihat kekuatan Dipa Anom hanyalah seorang yang berada pada tahap Bumi Dasar tingkat ketiga. Sulit bagi Wirawan mengakui bocah di hadapannya ini memiliki sepotong kristal roh bermutu tinggi.
Para pembudidaya di Alam Dasar adalah pembudidaya yang paling biasa. Seorang bocah yang masih berada di tahap dasar ilmu kanuragan, hanya sedikit lebih tinggi dari kekuatan orang biasa. Namun bocah ini mempunya sepotong kristal roh bermutu tinggi yang akan membuat ahli tahap Alam Astral rela merebutnya dengan pertumpahan darah. Bahkan para ahli tingkat akhir Alam Transformasi pun akan memerah matanya melihat sepotong kristal bermutu tinggi.
Dipa Anom tersenyum menjilat memandang Wirawan.
“Salam, tetua. Sepotong kristal roh bermutu tinggi ini memang milik aku anak muda ini, tetapi karena sekarang ada di tangan tetua, anak muda ini akan memberikan kristal ini untuk menghormati tetua.”
“Memberikan hormat? Nak, kamu benar-benar baik sekali.”
Wirawan tertawa datar lalu bertanya, “Apa motifmu?”
Menggosok tangannya, Dipa Anom dengan malu-malu menyeringai.
“Penatua, anak muda ini tidak memiliki motif apapun. Aku hanya ingin menjadikanmu sebagai guru ku.”