KBMTV.ID | Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), pagi hari ini, Jumat (20/12/2024), mengutip data dari Bloomberg, kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dollar adalah Rp 16.312,500 per dolar Amerika Serikat.
Membandingkan hari kemarin (19/12/2024) Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,28% di angka Rp16.130/US$ pada hari ini, Kamis (19/12/2024). Selang empat menit sejak perdagangan dibuka, rupiah menyentuh level Rp16.200/US$.
Demikian pula mata uang di Asia, mayoritas mata uang melemah terhadap dolar AS, sedangkan dengan rupiah tercatat sebagai mata uang dengan pelemahan terdalam.
Menyusul yen Jepang yang melemah 1,15%, won Korea koreksi 0,86%, ringgit Malaysia turun 0,77%, dolar Taiwan melemah 0,63%, baht Thailand turun 0,27%, yuan China melemah 0,18%, dan rupee India koreksi 0,14% terhadap dolar AS.
Pengumuman kebijakan moneter the Fed, berimbas langsung terhadap rupiah yang melorot di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
The Fed dalam pernyataan terbarunya menyebutkan bahwa pemangkasan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) pada 2025 kemungkinan hanya akan terjadi dua kali, lebih rendah dari proyeksi September yang mencapai 100 basis poin (bps).
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menegaskan perlunya kehati-hatian dalam penyesuaian kebijakan moneter. Ekspektasi ini memicu penguatan dolar AS dan memberi tekanan pada mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Rabu (18/12/2024) mengakui penggeledahan dan pengelolaan dana CSR PSBI mempengaruhi sentimen pelaku pasar keuangan. Hingga membuat
Sebagaimana diketahui, pada Senin malam, 16 Desember 2024, Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK telah menggeledah kantor pusat Bank Indonesia. Beberapa ruangan diperiksa sejak malam hingga membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terkapar di level atas Rp 16.000/US$ beberapa hari terakhir.
“Segala berita itu berpengaruh ke kondisi pasar termasuk nilai tukar rupiah, tentu saja demikian,” kata Perry di kantor pusat BI, Jakarta
Perry mengatakan, dengan adanya kondisi itu tentu BI akan terus merespons sentimen negatif itu dengan melakukan berbagai langkah stabilisasi rupiah, termasuk langkah-langkah intervensi melalui operasi moneter dengan pembelian SBN di pasar sekunder hingga melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia atau SRBI.
“Tentu saja BI dengan berbagai berita-berita yang berpengaruh ke pasar termasuk nilai tukar rupiah, BI terus komitmen jaga stabilitas nilai tukar rupiah,” tegasnya.[]