KBMTV ID – Pemerintah Rusia mengancam untuk membayar pemegang obligasi internasional dalam mata uang rubel dan bukan dolar AS, beberapa hari sebelum jatuh tempo.
Menteri keuangan Rusia, Anton Siluanov mengatakan pada hari Minggu (13/3/2022) bahwa akan “benar-benar adil” bagi Rusia. Semua akan melakukan pembayaran utang negaranya dalam Rubel sampai barat mencabut sanksi pembekuan cadangan devisa Rusia sebesr US$ 300 miliar.
Moskow akan melakukan pembayaran bunga senilai US$ 117 juta atau setara dengan Rp 1,68 triliun (Rp 14.350/US$) pada Rabu ini pada dua obligasi berdenominasi dolar.
JPMorgan mengungkapkan Kontrak obligasi tidak memberikan Rusia pilihan untuk membayar dalam rubel, menurut bank Wall Street tersebut.
Peringatan terbaru Rusia kepada pemegang obligasi asing tersebut, berkemungkinan membuat negara itu akan gagal membayar utangnya. Hal ini merupakan untuk pertama kalinya Rusia gagal bayar sejak krisis keuangan Rusia pada tahun 1998 kepada investor domestik.
Sedangkan untuk pemegang obligasi asing, ini merupakan yang pertama sejak lebih dari seabad lalu.
“Kita perlu membayar impor [untuk barang-barang] kritis [seperti] makanan, obat-obatan, berbagai macam barang vital lainnya,” kata Siluanov dalam wawancara dengan televisi pemerintah melansir dari Financial Times.
“Tetapi utang yang harus (pemerintah) bayar ke negara-negara yang tidak bersahabat dengan Federasi Rusia, karena telah membatasi penggunaan cadangan mata uang asing – , (pemerintah Rusia) akan melunasi utang ke negara-negara tersebut dalam mata uang rubel,” katanya.
Pembekuan Cadangan Devisa
Siluanov mengatakan bahwa hampir setengah dari cadangan devisa Rusia yang totalnya senilai US$ 643 miliar telah terkena sanksi. Namun Rusia tidak mengungkapkan denominasi dan yurisdiksi di mana Rusia memegang mata uang asing tersebut.
Investor telah bersiap untuk Rusia mengalami gagal bayar (default), dengan kedua obligasi yang memperdagangkannya sekitar 20 sen per dolar. Moskow akan memiliki masa tenggang (grace period) 30 hari untuk melakukan pembayaran kupon.
Selain kondisi utang yang kemungkinan gagal bayar, akibat kondisi pasar keuangan yang amburadul.
Puluhan perusahaan manajemen aset harus membekukan dana dengan eksposur ke Rusia yang signifikan. Sedangkan beberapa yang lain harus rela nilai asetnya turun tajam.
Sejak AS dan Uni Eropa telah berusaha memutuskan hubungan Rusia dengan sistem keuangan global ada eksodus dari aset Rusia sejak invasi. Pasar saham Moskow telah ditutup sejak 28 Februari, sementara saham perusahaan Rusia yang terdaftar di luar negeri juga ikut anjlok.
Rubel turun lebih dari 45% tahun ini, dan dapat menandai penurunan tahunan terbesar sejak 1998, ketika Rusia gagal membayar utang dalam mata uang lokalnya.
Direktur pelaksana IMF Kristalina Georgieva dalam wawancara dengan stasiun televisi AS Minggu (13/3) kemarin mengatakan bahwa “dalam hal pembayaran kewajiban utang, saya dapat mengatakan bahwa kita default Rusia sebagai peristiwa yang mustahil”.
Pandangan investor barat terhadap kemampuan Moskow untuk membayar utangnya telah berubah drastis.
Kesehatan Investasi Rusia
Sebelum menyerang Ukraina dan dikenakan sanksi ekonomi, Rusia diberi peringkat layak investasi di Fitch, S&P Global, dan Moody’s Investors Service – tiga lembaga pemeringkat utama – hingga 25 Februari.
China memegang 14,2% dari cadangan Rusia, terbesar dari negara lain, dengan Jepang memegang 12,3% dan Jerman 11,8%.
Siluanov mengklaim negara-negara barat mendorong China untuk membatasi penggunaan cadangan renminbi Rusia. Siluanov yakin Beijing tidak akan tunduk pada tekanan tersebut.
“Saya pikir kemitraan kami dengan China akan memungkinkan kami untuk mempertahankan kerja sama. Kami akan meningkatkannya ketika ketika pasar barat ditutup,” katanya.