KBMTV ID

BNPT: Gen-Z Lebih Tinggi Potensi Tepapar Radikalisme

BNPT telah melaksanakan monitoring konten-konten digital yang menyebarkan muatan radikal dan intoleran di media sosial Facebook dan Instagram. | Antara Foto

KBMTV.ID | Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut ada tiga kelompok yang rentan menjadi target radikalisasi, yakni perempuan, remaja, dan anak-anak yang aktif di media internet.

Kepala BNPT Komjen Pol Mohammed Rycko Amelza Dahniel saat konferensi pers akhir tahun 2023 di Kantor BNPT, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (29/12/2023).

“Potensi terpapar radikalisme lebih tinggi pada Gen-Z dan mereka yang aktif di internet,” ucapnya.

Hal ini diperkuat dengan penelitian indeks potensi radikalisme bahwa potensi terpapar jauh lebih tinggi pada wanita, generasi muda, khususnya generasi z usia 11-26 tahun.

Menurut dia, BNPT telah melaksanakan monitoring konten-konten digital yang menyebarkan muatan radikal dan intoleran di media sosial Facebook dan Instagram.

Konten yang menyebarkan muatan radikal semakin meningkat di dunia maya karena masifnya penggunaan internet. BNPT menemukan sebagian besar konten digital yang menyebarkan radikal dan intoleran, terdapat di media sosial Facebook dan Instagram.

“Sepanjang 2023, terdapat 2.670 temuan konten digital bermuatan IRET (Intoleransi, Radikalisme, Ekstrimisme, Terorisme),” kata Komjen Pol Rycko.

Dari jumlah temuan konten radikalisme tersebut, pihaknya mengusulkan untuk menghapus atau men take-down (menutup) 1.922 konten digital yang menyebarkan muatan intoleransi, radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme.

Jaringan Teroris

Jaringan teroris juga masuk ke ranah politik. Termasuk dengan mengubah pendekatan, dari hard menjadi soft approach. Lalu dari strategi bullet menjadi ballot strategy. Jaringan terorisme juga telah memodifikasi modusnya, baik saat rekrutmen maupun penggalangan dana atau fundraising.

Untuk itu, BNPT, di bidang media massa, hukum, dan humas, melibatkan 3.060 orang secara offline dan 929 orang secara online dari aparatur desa, babinkamtibnas, RT/RW, lurah-camat, dan masyarakat umum.

Rycko mengatakan, kelompok yang terpantau aktif mengembangkan jaringan teroriisme melalui berbagai aktivitas. Hal ini terlihat dari jumlah penangkapan jaringan terorisme sebanyak 148 orang sepanjang 2023.

“Di mana sebanyak 148 teroris telah ditangkap sepanjang 2023, yang didominasi kelompok JI dan JAD, dua kelompok jaringan teror yang berkiblat kepada Al Qaeda dan ISIS,” jelas Komjen Pol. Rycko

“Meski masih terdapat serangan teror di sejumlah negara, namun sepanjang 2023 tidak ada aksi terorisme di Indonesia. Sebuah indikasi yang menunjukkan membaiknya situasi keamanan di Indonesia,” jelas Komjen Pol. Rycko.

Kepala mengatakan, tidak adanya aksi teror ini adalah buah hasil penegakan hukum yang tegas dan masif, yang dilakukan oleh Densus 88 Polri.[]

Berita Terkait