KBMTV ID

Rupiah Ambles, Ini Kata Menkeu Sri Mulyani

Menkeu Sri Mulyani | Foto: Dok Antara

KBMTV.ID | Nilai tukar rupiah terus  ambles sampai menembus Rp 16.250/ US dollar, rupiah ditutup melemah 0,49% pada penutupan perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (19/4/2024).

Secara mingguan rupiah juga terpantau ambles 2,08%, sehingga menjadikan pelemahan terburuk mingguan sejak 3 Juli 2020 atau ketika Pandemi COVID-19.

Sri Mulyani pada sela-sela Spring Meetings IMF-Word Bank 2024, Jumat (19/04/2024), mengatakan perkermbangan situasi global saat ini akan berdampak pada perekonomian Indonesia.

Ia menjelaskan pada sisi ekspor, penerimaan akan jauh lebih baik dengan nilai tukar dolar yang menguat. Namun, sebaliknya pada sisi impor, konversi harga dolar terhadap rupiah akan lebih tinggi dan bisa berdampak pada inflasi di Indonesia.

“Di tengah kondisi suku bunga dan inflasi global yang tinggi seperti saat ini, saya yakin ekonomi Indonesia akan tetap terjaga sesuai target, didukung oleh sisi ekspor yang kuat dan neraca perdagangan yang surplus,” kata Sri Mulyani.

“Pemerintah terus mengantisipasi dan waspada terhadap perkembangan ini. Saya yakin Indonesia akan tetap resilien dalam situasi ini,” katanya, dikutip dari akun Instagram-nya, @smindrawati.

Dia menuturkan stabilitas ekonomi akan terus dijaga, baik dari sisi moneter maupun fiskal. Pihaknya pun terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia untuk untuk beradaptasi dengan tekanan yang ada.

“Dari sisi fiskal, kita memastikan APBN berperan menjadi shock absorber yang efektif dan kredibel,” tuturnya.

Sri Mulyani juga menyatakan tetap optimistis Indonesia akan mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5% tahun ini, berkaca pada daya tahan ekonomi saat menghadapi pandemi lalu.

Kebijakan Keuangan di AS

Sebagai dampak situasi perkembangan ketegangan Timur Tengah antara Iran dan Israel, serta kekhawatiran publik atas kebijakan bank sentral AS (The Fed) yang berkemungkinan kembali bersikap hawkish.

Pernyataan pejabat The Fed memberikan sinyal tersirat bahwa bank sentral akan tetap mempertahankan sikap yang hawkish mengingat tingkat inflasi yang masih di atas target.

Ketua Fed dalam sebuah diskusi panel menyatakan bahwa data terbaru menunjukkan pertumbuhan yang solid dan kekuatan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja, namun juga menyoroti kurangnya kemajuan lebih lanjut dalam mencapai target inflasi 2% sepanjang tahun ini.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa The Fed cenderung akan tetap mempertahankan kebijakan yang hawkish dalam jangka waktu dekat, yang berpotensi memberikan tekanan terhadap mata uang lainnya.

Untuk diketahui kebijakan Hawkish adalah berkaitan dengan sikap dan isyarat bank sentral untuk menaikkan suku bunga. Pada dasarnya, kenaikan suku bunga acuan bertujuan mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat. Hal itu akan menekan angka inflasi.

Sinyal dari The Fed yang akan mempertahankan kebijakan Hawkish, menunjukkan The Fed untuk tetap mempertahankan kenaikan suku bunga, dan itu artinya peredaran dollar akan berkurang di masyarakat.[]

Berita Terkait